1. Jika kita terhalang untuk menerima nasihat orang lain hanya karena ia berbeda dengan kita atau karena kita menganggap dirinya tidak lebih baik daripada kita, maka akuilah bahwa hawa nafsu telah berkuasa atas hati dan pikiran kita.
2. Saat kita berbuat baik, seringkali kita mengharap balasan atas perbuatan baik itu. Jika kita renungkan dengan kesadaran yang menembus batas-batas dunia, maka bukankah kebaikan yang kita perbuat itu merupakan karunia yang Allah limpahkan untuk kita?
3. Semata-mata menangkap peluang untung seraya meninggalkan kebersamaan yang di dalamnya kita terhitung adalah sesuatu yang buntung. Tapi tenggelam dalam kebersamaan seraya lupa untuk terus menggali potensi diri yang dalam adalah juga sesuatu yang kelam. Untung kita bersama, bersama kita untung.
4. Kecewa terhadap keadaan atau tingkah laku seseorang menunjukkan tidak sejalannya harapan kita dengan kenyataan. Jika kita mudah kecewa dengan kekecewaan mendalam yang tersalurkan dalam duka hati berkepanjangan, maka mental yang kita miliki adalah mental ingin dilayani. Sebaliknya, jika kita sering membuat orang lain kecewa, maka itu menunjukkan bahwa kita gagal menjadi pelayan bagi mereka. Seringkali sempitnya hati menjadi faktor yang mengaburkan keikhlasan kita sebagai pemimpin atau yang dipimpin.
5. Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. (KH. Rahmat Abdullah)
6. Jika Anda menerima kiriman sebuah foto yang di dalamnya ada gambar Anda dan teman-teman Anda, maka gambar siapakah yang pertama kali menjadi pusat perhatian Anda? Ya, pasti gambar Anda yang pertama kali Anda cari dan perhatikan. Begitulah seharusnya jika Anda mendapati sebuah pemandangan global dalam kehidupan ini. Begitulah semestinya jika ada ketidakberesan di dekat Anda. Begitulah selayaknya jika Anda ingin melontarkan kritik atau hendak menyalahkan orang lain dan mencela keadaan. Maka berpikirlah dua kali jika Anda ingin menyalahkan orang dan mencela keadaan. Bercerminlah pada kondisi yang ada sebagai gambaran diri Anda sendiri. Apa yang sudah Anda lakukan? Maka tepat sekali ungkapan Imam Syafi’i dengan bahasa hikmahnya, “Kita mencela zaman padahal kehinaan ada pada kita. Sungguh, di zaman kita, tak ada kehinaan selain kita. Tetapi, kita telah menghina zaman yang tak berdosa.”
Prio Sudiyatmoko
2. Saat kita berbuat baik, seringkali kita mengharap balasan atas perbuatan baik itu. Jika kita renungkan dengan kesadaran yang menembus batas-batas dunia, maka bukankah kebaikan yang kita perbuat itu merupakan karunia yang Allah limpahkan untuk kita?
3. Semata-mata menangkap peluang untung seraya meninggalkan kebersamaan yang di dalamnya kita terhitung adalah sesuatu yang buntung. Tapi tenggelam dalam kebersamaan seraya lupa untuk terus menggali potensi diri yang dalam adalah juga sesuatu yang kelam. Untung kita bersama, bersama kita untung.
4. Kecewa terhadap keadaan atau tingkah laku seseorang menunjukkan tidak sejalannya harapan kita dengan kenyataan. Jika kita mudah kecewa dengan kekecewaan mendalam yang tersalurkan dalam duka hati berkepanjangan, maka mental yang kita miliki adalah mental ingin dilayani. Sebaliknya, jika kita sering membuat orang lain kecewa, maka itu menunjukkan bahwa kita gagal menjadi pelayan bagi mereka. Seringkali sempitnya hati menjadi faktor yang mengaburkan keikhlasan kita sebagai pemimpin atau yang dipimpin.
5. Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. (KH. Rahmat Abdullah)
6. Jika Anda menerima kiriman sebuah foto yang di dalamnya ada gambar Anda dan teman-teman Anda, maka gambar siapakah yang pertama kali menjadi pusat perhatian Anda? Ya, pasti gambar Anda yang pertama kali Anda cari dan perhatikan. Begitulah seharusnya jika Anda mendapati sebuah pemandangan global dalam kehidupan ini. Begitulah semestinya jika ada ketidakberesan di dekat Anda. Begitulah selayaknya jika Anda ingin melontarkan kritik atau hendak menyalahkan orang lain dan mencela keadaan. Maka berpikirlah dua kali jika Anda ingin menyalahkan orang dan mencela keadaan. Bercerminlah pada kondisi yang ada sebagai gambaran diri Anda sendiri. Apa yang sudah Anda lakukan? Maka tepat sekali ungkapan Imam Syafi’i dengan bahasa hikmahnya, “Kita mencela zaman padahal kehinaan ada pada kita. Sungguh, di zaman kita, tak ada kehinaan selain kita. Tetapi, kita telah menghina zaman yang tak berdosa.”
Prio Sudiyatmoko
0 comments:
Post a Comment