Jamban di rumah Ibu Chosimah |
Tak terasa arisan jamban sudah berjalan kurang lebih selama 6 bulan. Tentu saja banyak hal menarik yang terjadi selama periode waktu tersebut. Dari mulai pusingnya memanfaatkan dana hasil arisan yang mepet, hingga momen mengharukan saat para anggota saling bahu membahu membantu rekannya yang tengah membangun jamban. Berikut kami sajikan beberapa ulasannya.
1. Pusingnya memikirkan bagaimana caranya agar uang Rp 1.200.000 dapat untuk membangun 1 unit jamban berikut septic tank?
Saat itu yang mendapatkan arisan pertama kali adalah Ibu Chosimah. Ia menerima sebesar Rp 1.200.000 yang berasal dari iurang Rp 100.000 dari 12 anggota arisan. Apakah itu uang banyak? Tentu saja banyak, sampai jutaan. Tapi kalau untuk membuat jamban? Tentu saja itu jumlah yang minimalis alias sedikit. Untunglah Ibu Chosimah sudah memiliki ruangan di bagian belakang rumahnya yang biasa digunakan untuk mencuci dan mandi, sehingga pembangunan jamban pun memanfaatkan ruangan tersebut. Dana arisan digunakan untuk menempatkan closet, menyekat ruangan, dan membuat septic tank di sebelah rumah. Septic tank-nya pun dibuat sesederhana mungkin, menggunakan 2 buah bis yang disusun ke bawah.
Berarti dana arisannya lebih? Tentu saja tidak. Dana itu masih kurang meskipun sedikit, dan Ibu Chosimah tetap harus mengeluarkan uang tambahan. Jadi, programnya tidak berhasil? Justru ini menunjukkan keberhasilan program. Tujuan program seperti ini adalah untuk memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mandiri menciptakan kemajuan bagi dirinya sendiri. Kalau dalam konsep pemberdayaan masyarakat, maka ini adalah program bottom-up, yang menginisiasi masyarakat untuk mampu berubah ke arah lebih baik dengan kekuatan sendiri. Program arisan jamban ini bukan bertujuan untuk semata-mata membangun jamban yang megah, tetapi lebih kepada memicu masyarakat memiliki jamban dan mengubah perilaku BABS dengan kemampuannya sendiri. Namun bukan berarti kita tidak terbuka kepada para donatur yang berkenan membantu pelaksanaan program ini. Kami siap menyalurkannya untuk semakin memperbaiki kualitas jamban yang dibangun.
2. Sumbangan unik dari para anggota arisan jamban saat pembangunan jamban berlangsung
Saat pembangunan jamban di rumah Ibu Chosimah, para anggota arisan jamban beramai-ramai datang menengok. Mereka membawa berbagai macam "sumbangan" seperti makanan dan camilan untuk para laki-laki yang bekerja membangun jamban. Mereka melakukan itu atas dasar kesadaran masing-masing, terutama bagi mereka yang suaminya tidak dapat ikut bergotong-royong. Ini menjadi salah satu tolak ukur bahwa program arisan jamban telah berhasil meningkatkan tali silaturahim dan semangat gotong royong antar anggota pada khususnya, dan antar warga pada umumnya.
3. Jamban kilat menjelang hajatan
Saat rembug warga sebelum pembentukan arisan, banyak warga yang memilih mundur. Memang banyak warga yang menyatakan salah satu alasan mereka belum memiliki jamban adalah karena tidak adanya dana. Berdasarkan hasil pengamatan tim PKPU dan pendamping PKH Banteran, Kiki Marhendrie, selama ini kendala utama yang sebenarnya bukanlah semata-mata karena keterbatasan ekonomi, melainkan kurangnya motivasi. Ini terbukti saat kami mendengar berita bahwa ada salah satu anggota arisan yang sudah membuat jamban sebelum namanya keluar dari kocokan. Ternyata motivasinya karena ia akan mengadakan hajatan dan tidak ingin keluarga dan para tamunya bingung ketika akan BAK dan BAB. Ini menjadi bukti bahwa mereka sebenarnya bisa membangun jamban asal ada tekad dan kemauan.
4. Arisan jamban menambah motivasi anggota untuk memiliki jamban sendiri
Sebelum sebuah jamban berhasil dibangun, bahkan sebelum program arisan jamban dimulai, masih tersirat sedikit keraguan di wajah para anggota arisan. Saat pertama dibentuk, arisan jamban ini beranggotakan 15 orang, namun kemudian 3 orang mengundurkan diri sebelum arisan sempat dikocok. Namun apa yang terjadi setelah sebuah jamban berhasil terbangun di rumah Ibu Chosimah membuat kami merasa terharu. Kami melihat semangat para anggota semakin bertambah.
Bu Wagiyah, anggota yang beruntung mendapat arisan periode kedua, sebelum mendapat arisan telah membeli closet dan bahkan sekaligus berniat memperbaiki sumurnya. Seiring berjalannya program ini ia semakin termotivasi untuk bisa memiliki jamban dan mengubah perikau BABS menjadi BAB di jamban.
Itulah sekelumit keunikan di balik program arisan jamban di Desa Banteran. Semoga menginspirasi dan membangunkan kembali semangat kita akan gotong royong khas rakyat Indonesia. (nena/pkpu/pwt)
0 comments:
Post a Comment